KonotasiNews.com - Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu kekuatan baru di wilayah Asia Tenggara. Dengan produk domestik bruto lebih dari 1 Triliun US Dolar dan lokasi yang strategis serta potensi bonus demografi. Tentu ini menjadi perhatian bagi negara super power seperti China dan Amerika.

Ukuran dan lokasinya menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis yang menarik bagi China dan Amerika Serikat untuk mempengaruhi kawasan Asean.

Indonesia telah berusaha untuk tetap netral dalam persaingan China-AS, tetapi jika ketegangan antara keduanya terus meningkat, apakah Indonesia akan dipaksa untuk berpihak atau mengadopsi kebijakan luar negeri yang tidak sejalan dengan salah satu negara adidaya?

"Dalam konteks ada rivalitas antara Amerika Serikat dengan China, maka posisi Indonesia intinya adalah kita menjaga jarak yang sama. Kita tidak akan berpihak pada Amerika Serikat, kita juga tidak akan berpihak pada china", Ucap Hikmawanto Juwana, Ahli Hukum Internasional, Universitas Jenderal Ahmad Yani.

Faktanya Indonesia menjadi satu-satunya negara dari Asia Tenggara yang ada dalam G20. Para pemangku kepentingan di Indonesia juga memandang bahwa Indonesia sebagai pihak yang netral dan bertindak sebagai penghubung antara negara-negara saingan di masa krisis.

Kunjungan terakhir Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia hanyalah tanda terbaru dari pendekatan ini. Indonesia menunjukkan bahwa akan menengahi konflik antara Ukraina dan Rusia.

Kunjungan terakhir Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia hanyalah tanda terbaru dari pendekatan ini. Indonesia telah menunjukkan bahwa akan menengahi antara Barat dan Iran atas program nuklirnya. Indonesia juga tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Korea Utara dan Korea Selatan.

Hubungan Indonesia dengan China dan Amerika Serikat juga dapat dilihat dari wilayah Bandung dan Batam. China telah berinvestasi pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang merupakan proyek dalam program One Belt One Road (OBOR) sekitar 7,9 Miliar US Dollar.

China masih jauh melebihi Amerika Serikat dalam hal investasi di Indonesia. China adalah investor terbesar ketiga di negara Indonesia dengan sekita 24,9 Miliar US Dollar yang diinvestasikan sejak tahun 2000. Sedangkan Amerika Serikat mendanai sekita 20 Miliar US Dollar selama periode yang sama.

China berupaya memenangkan hati melalui pendekatan investasi ekonomi, sedangkan Amerika Serikat mengambil pendekatan yang berbeda dengan meningkatkan hubungan pertahanan.

Indonesia telah menjadi tuan rumah bagi para petinggi militer Amerika Serikat yang telah pelatihan dan pameran bersama angkatan bersenjata. Keduanya berkolaburasi dalam upaya kontra terorisme. Namun beberapa tahun terakhir kerjasama ini telah bergeser ke area Laut China Selatan.

Amerika telah menghabiskan sekitar 3,5 Juta US Dollar untuk pusat pelatihan dan pangkalan angkatan laut di Batam yang dekat dengan area Laut China Selatan jalur pelayaran vital yang dinilai menjadi ancaman terbesar bagi Indonesia dari China yang diduga akan merebut wilayah Laut China Selatan. China sendiri telah beberapa kali berkonflik di perairan China selatan sekita kepulauan Natuna, Indonesia.